Kamis, 01 September 2011

Perihal Aku




Aku mempunyai satu jiwa tetapi memiliki seratus ribu tubuh
Namun aku tak bisa banyak bicara
syariah memaksa diriku diam seribu bahasa
Aku telah menyaksikan diriku dalam dua ribu wajah manusia
Tetapi semua wujud itu tak sebaik diriku saat ini.

Aku tetaplah satu jiwa meski memiliki seratus ribu tubuh
Tetapi jiwa dan ribuan tubuh itu semua adalah Aku.

Jika kusaksikan Ruh, kulihat sembilan ratus tujuh puluh tubuh
Tapi jika hanya kusaksikan keadaanku
Aku seperti tumbuhan yang terus tumbuh dan tumbuh.

Selama seribu tahun aku mengapung dalam ether
Bahkan ketika atom bergerak tanpa kendali
Jika aku tidak sepenuhnya ingat keadaanku saat itu
Maka aku sering memimpikan perjalanan atom-atom yang menyusun tubuhku.(Rumi)

Seperti tumbuhan, aku mencecap air yang mengalir dalam mangkuk-mangkuk bumi. Meskipun tumbuhan dan rerumputan tumbuh sekali, namun aku tumbuh berkali-kali. Seperti janin yang belum terlahir, aku mencecap pula sari makanan lewat darah ibuku. Karena meskipun sepertinya manusia hanya lahir sekali, sesungguhnya aku telah lahir berulang kali.

Seperti sebuah biji yang ketika ditanam dalam tanah menjadi ribuan biji, melalui kematian, aku pun menjadi seratus ribu pribadi.

Kau hanya bisa menyaksikan malam tatkala mentari telah tenggelam.
Apakah sekali-kali bulan pernah hilang pada saat matahari terbenam?
Apa yang kau lihat sebagai tenggelam sesungguhnya terbit bersinar di tempat lain. Sesungguhnya tanah kuburan tempat tubuhmu disemayamkan hanyalah penjara yang sempit. Tapi itulah satu-satunya penjara yang membuatmu merdeka.

Biji apakah yang tidak berkembang menjadi ribuan biji saat ia dikuburkan dalam tanah? Apa pula yang membuatmu ragu pada biji kemanusiaan yang akan selalu berkembang di hari menjelang? (Syamsuddin Tabriz)


Seperti rerumputan, aku tumbuh berkali-kali di tepian sungai yang deras mengalir. Selama ribuan tahun aku hidup, berkarya, dan berusaha dalam beraneka ragam tubuh.

Waktu melaju tiada henti-hentinya, seperti setetes air, aku menyatu dengan lautan. Tapi, saksikanlah bagaimana aku menyatu dari situ. Sebagaimana embun, aku melayang-layang di atas samudera keabadian dan muncul sebagai gelombang yang menderu di lautan. (Husein Bin Mansyur Al Hallaj)

Seperti air keringat yang berada dalam tubuh dan kulit, meski telah terpisahkan dari samudera luas, aku tetaplah air yang sama. Pada awalnya aku adalah kayu bakar. Tapi lihatlah titik puncak yang telah kucapai. Saat terbakar dalam kobaran api, kayu bakar itu pun menjadi api itu sendiri. Dan dari api aku berubah menjadi Cahaya (nur). Ya…, tiada lain aku adalah cahaya. Sekarang diriku adalah matahari itu sendiri. Akulah lautan dan aku pula yang menjadi gelombang. (Ahmad Jam)

Tidak ada komentar: