Dimuat 11 Januari 2007 Metro Singkawang
Banjir di Singkawang Utara Banyak Hikmah yang Bisa Dipetik
Tragedi banjir yang melanda Singkawang Utara menyisakan banyak cerita duka dan kerugian. Ratusan rumah terendam, puluhan hektar lahan pertanian puso dan ribuan warga mengungsi. Hamdi (36), seorang korban tahu betul bagaimana sengsaranya ketika seisi rumah terendam air dan terpaksa mengungsi. Namun, di balik musibah itu, ada serangkaian hikmah yang bisa dipetik olehnya.
Uray Ronald, Singkawang
"Ojek bang," kata Hamdi, mencoba menawarkan perahunya kepada Pontianak Post, sore itu ketika banjir masih setinggi sekitar satu meter. Saat itu, ia sedang duduk-duduk di atas perahu sambil menjala ikan. "Murah, bang," sambungnya. Sejak banjir mendera, ia yang biasanya menjadi "pekerja kayu" beralih profesi menjadi pengojek perahu. "Lumayanlah, satu hari bisa dapat 30-40 ribu," ungkap pria yang sedang menanti kelahiran bayi keduanya itu.
Sambil terus mengayuh perahu yang ditumpangi oleh Pontianak Post, Hamdi dengan lancar bertutur.
Menurutnya, musibah banjir ini merupakan kali ketiga dialami oleh warga setempat. "Ini banjir yang ketiga. Banjir yang kedua sekitar lima tahun lalu dan itulah banjir yang paling besar. Sedangkan banjir yang pertama kali yaitu sekitar sepuluh tahun lalu," katanya. Banjir ketiga ini, kata Hamdi, kurang lebih hampir sama besarnya dengan banjir yang pertama kali.
Menurutnya, musibah banjir ini merupakan kali ketiga dialami oleh warga setempat. "Ini banjir yang ketiga. Banjir yang kedua sekitar lima tahun lalu dan itulah banjir yang paling besar. Sedangkan banjir yang pertama kali yaitu sekitar sepuluh tahun lalu," katanya. Banjir ketiga ini, kata Hamdi, kurang lebih hampir sama besarnya dengan banjir yang pertama kali.
"Tahun ini kami sengsara lagi," ujarnya lirih. Ia berpendapat, menipisnya hutan di wilayah ini merupakan salah satu penyebab banjir. "Kalau melihat airnya yang berwarna gelap, ini sepertinya air akar, aliran dari hutan. Sekarang hutan sudah hampir habis, jadi air hujan tidak dapat diresapkan lagi," katanya. Penduduk setempat, di samping berprofesi sebagai petani, memang banyak yang menggantungkan hidup dari hasil hutan, termasuk Hamdi.
Sementara itu, Hamdi masih terus mengarahkan perahu ke tempat yang paling dalam digenangi air. Sesekali ia menyapa rekannya sesama pengojek perahu yang berpapasan. Musim banjir kali ini, sedikitnya ada sebelas orang pengojek yang beroperasi. "Kami bagi-bagi rejeki, karena pengojek cukup ramai," ujarnya. Perahu masih terus meluncur membelah air melalui rute jalan raya yang telah berubah menjadi sebuah kanal. Di kiri kanan jalan, banyak rumah yang terendam.
Masjid, sekolah dan kantor-kantor milik pemerintah pun demikian. Di depan sana, dekat tanggul, sekelompok warga tampak dengan suka cita bermain air. Setiap sore, kata Hamdi, lokasi banjir ini memang menjadi tempat rekreasi warga, baik tua maupun muda. Banjir ternyata tak hanya mendatangkan luka, tetapi menjadi hiburan tersendiri bagi sebagian orang. Banjir juga mendatangkan rejeki bagi Hamdi dan sejumlah pengojek perahu yang lain. Tak hanya itu, banjir yang menyengsarakan ini pun telah memantik rasa simpati dari berbagai kalangan. Banyak yang terketuk hatinya dan menyumbang untuk para korban.
Pemerintah Kota Singkawang dan Pemprop Kalbar menyempatkan diri datang ke lokasi dan menyalurkan bantuan. Begitu pula dari kalangan legislatif. Sejumlah parpol dan organisasi mahasiswa pun tak ketinggalan. Ada yang berusaha mengumpulkan sumbangan dari pinggir jalan, ada yang dengan cara iuran dan adapula yang merogoh koceknya sendiri. Satu hal yang menarik, banyak kandidat kepala daerah (balon gubernur dan balon wali kota) maupun tim sukses-nya datang ke lokasi banjir dan memberikan bantuan.
Masing-masing berusaha menunjukkan kepeduliannya kepada korban. Menurut Hamdi, ada juga pihak yang sinis menanggapi bantuan para balon tersebut karena menganggapnya sarat dengan muatan politis. Banjir seolah-olah mendatangkan hikmah bagi tim sukses balon. Sebab, di samping menyalurkan simpati, mereka juga mendapat kesempatan emas untuk mendulang simpati rakyat dalam pilkada. Namun, tak demikian dengan Hamdi.
Ia tetap berkeyakinan bahwa bantuan yang disalurkan adalah bantuan tulus dari hati nurani yang berlandaskan pada rasa kemanusiaan. "Alhamdulillah, sudah banyak yang memberikan bantuan," ujar Hamdi. Ia hanya berharap, cobaan ini segera berlalu sehingga warga bisa beraktivitas dengan normal. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar