Dimuat Pontianak Post 4 September 2006
Menang Tetapi Nyaris Gagal Bertanding
Tim Dayung Sambas dalam Sarawak Regatta 2006 (1)
Dengan semangat membara, satu persatu anggota Tim Dayung Sambas menaiki perahu yang diberi nama Dayang Maimunah, kemarin siang. Tepuk tangan para official dan penggemar dari kalangan warga lokal terdengar mengiringi. Tak berapa lama, Dayang Maimunah sudah terlihat meluncur deras menuju garis start, bersiap untuk lomba.
Catatan Uray Ronald, Kuching
"Bagi tim dengan nombor flag empat, anda semua baru boleh ikut lumba kalau menyertakan lima orang pengayuh wanita dan lima belas orang pengayuh lelaki," suara dari mikrofon panitia tiba-tiba terdengar ketika Tim Dayung Sambas sudah bersiaga di garis start. Suara itu terdengar begitu mengejutkan. Ekspresi kekecewaan seketika muncul di wajah seluruh anggota tim dan official, terlebih lagi Penanggung Jawab Tim, Pangeran Ratu H Winata Kesuma serta Ketua Tim, Mul'am Husairi.
Betapa tidak, dalam undangan yang diterima Tim Sambas beberapa waktu lalu, sama sekali tak mencantumkan ketentuan tersebut. Akibatnya, anggota tim yang dibawa semuanya adalah laki-laki. Resah dan gundah menyatu dalam hati para official karena keputusan panitia tadi bermakna bahwa Tim Sambas tak akan bisa bertanding karena tidak memenuhi syarat.
Sedianya, hari itu Tim Sambas akan berlaga dalam Lomba Sampan Kategori Pelancong, Sarawak Regatta 2006 untuk sampan dengan 20 pendayung. Panjang trek dalam lomba ini yaitu sejauh 2,7 kilometer. Dari kejauhan, Dayang Maimunah terlihat meluncur kembali ke pangkalan karena merasa "terusir" dari garis start. Menurut panitia, ketentuan pendayung campuran laki-laki dan perempuan ini disepakati dalam rapat dengan masing-masing pengurus tim sebelumnya. Tim Sambas protes karena merasa tidak diberitahu akan hal itu.
"Ya sudah, dibatalkan saja," kata Arbain, Pelatih Tim Dayung Sambas yang telanjur kecewa. Untunglah, pada akhirnya panitia mengambil suatu kebijakan. Tim Sambas diperkenankan "meminjam" lima orang pendayung perempuan dari warga lokal. Tim menerima kebijakan ini dan lalu mencari lima orang pendayung perempuan. Setelah hilir mudik cukup lama, didapatlah lima pendayung perempuan dari Kampung Panglima Seman Lama Petra Jaya, Kuching.
Dengan terpaksa, lima orang anggota tim yang telah dipersiapkan sejak awal harus digantikan dengan lima orang pendayung perempuan tersebut. Namun, semua bisa menerima keputusan ini karena dianggap lebih baik ketimbang harus gagal bertanding. Dayang Maimunah pun kembali meluncur ke garis start. Di sana, sudah bersedia antara lain Tim Dayung dari Brunei, Singapura, Dubai dan Malaysia.
Kemudian, perlombaan pun dimulai. Warga yang tumpah ruah di waterfront dan sepanjang Sungai Sarawak menjadi saksi, sejak start, Dayang Maimunah sudah mengungguli lawan-lawannya. Tepuk tangan dan teriakan-teriakan pemancing semangat terus mengiringi. Banyak pula warga lokal yang menjagokan Tim Sambas karena tahu tim ini adalah tim yang menjuarai lomba dayung internasional di Labuan beberapa waktu lalu. Belum lagi supporter dari kalangan TKI yang kebetulan libur pada hari itu.
Tim Dayung Sambas ini merupakan gabungan dari dua tim yaitu TODAK (Tim Olahraga Dayung Kelautan) dan Keruiz 1789. Kedua tim tersebut adalah unggulan di Kabupaten Sambas. Sementara itu, Dayang Maimunah masih terus memimpin tanpa mampu terkejar oleh yang lain. Terus terdepan hingga mencapai garis finish. Perahu itu seolah-olah telah menjadi raja sungai. Kesuksesan di Labuan kembali terulang. Nama Sambas, Kalbar dan Indonesia pun semerbak mewangi di mata dunia.
Pangeran Ratu H Winata Kesuma menyatakan sangat bersyukur akan hal ini. "Ini berkat kerja keras tim, doa serta dukungan semua pihak," katanya. Tim Dayung Sambas mendapat hadiah berupa trophy, piagam serta sejumlah uang tunai. Kegembiraan memuncak karena prestasi tertinggi telah berhasil direngkuh. Tim dari Dubai pun menyatakan salut dengan Tim Sambas. Mereka bahkan mengajak saling bertukar kostum. Kemenangan ini dinilai sebagai sebuah oleh-oleh yang paling berharga ketika tim pulang nanti.(bersambung)
Menang Tetapi Nyaris Gagal Bertanding
Tim Dayung Sambas dalam Sarawak Regatta 2006 (1)
Dengan semangat membara, satu persatu anggota Tim Dayung Sambas menaiki perahu yang diberi nama Dayang Maimunah, kemarin siang. Tepuk tangan para official dan penggemar dari kalangan warga lokal terdengar mengiringi. Tak berapa lama, Dayang Maimunah sudah terlihat meluncur deras menuju garis start, bersiap untuk lomba.
Catatan Uray Ronald, Kuching
"Bagi tim dengan nombor flag empat, anda semua baru boleh ikut lumba kalau menyertakan lima orang pengayuh wanita dan lima belas orang pengayuh lelaki," suara dari mikrofon panitia tiba-tiba terdengar ketika Tim Dayung Sambas sudah bersiaga di garis start. Suara itu terdengar begitu mengejutkan. Ekspresi kekecewaan seketika muncul di wajah seluruh anggota tim dan official, terlebih lagi Penanggung Jawab Tim, Pangeran Ratu H Winata Kesuma serta Ketua Tim, Mul'am Husairi.
Betapa tidak, dalam undangan yang diterima Tim Sambas beberapa waktu lalu, sama sekali tak mencantumkan ketentuan tersebut. Akibatnya, anggota tim yang dibawa semuanya adalah laki-laki. Resah dan gundah menyatu dalam hati para official karena keputusan panitia tadi bermakna bahwa Tim Sambas tak akan bisa bertanding karena tidak memenuhi syarat.
Sedianya, hari itu Tim Sambas akan berlaga dalam Lomba Sampan Kategori Pelancong, Sarawak Regatta 2006 untuk sampan dengan 20 pendayung. Panjang trek dalam lomba ini yaitu sejauh 2,7 kilometer. Dari kejauhan, Dayang Maimunah terlihat meluncur kembali ke pangkalan karena merasa "terusir" dari garis start. Menurut panitia, ketentuan pendayung campuran laki-laki dan perempuan ini disepakati dalam rapat dengan masing-masing pengurus tim sebelumnya. Tim Sambas protes karena merasa tidak diberitahu akan hal itu.
"Ya sudah, dibatalkan saja," kata Arbain, Pelatih Tim Dayung Sambas yang telanjur kecewa. Untunglah, pada akhirnya panitia mengambil suatu kebijakan. Tim Sambas diperkenankan "meminjam" lima orang pendayung perempuan dari warga lokal. Tim menerima kebijakan ini dan lalu mencari lima orang pendayung perempuan. Setelah hilir mudik cukup lama, didapatlah lima pendayung perempuan dari Kampung Panglima Seman Lama Petra Jaya, Kuching.
Dengan terpaksa, lima orang anggota tim yang telah dipersiapkan sejak awal harus digantikan dengan lima orang pendayung perempuan tersebut. Namun, semua bisa menerima keputusan ini karena dianggap lebih baik ketimbang harus gagal bertanding. Dayang Maimunah pun kembali meluncur ke garis start. Di sana, sudah bersedia antara lain Tim Dayung dari Brunei, Singapura, Dubai dan Malaysia.
Kemudian, perlombaan pun dimulai. Warga yang tumpah ruah di waterfront dan sepanjang Sungai Sarawak menjadi saksi, sejak start, Dayang Maimunah sudah mengungguli lawan-lawannya. Tepuk tangan dan teriakan-teriakan pemancing semangat terus mengiringi. Banyak pula warga lokal yang menjagokan Tim Sambas karena tahu tim ini adalah tim yang menjuarai lomba dayung internasional di Labuan beberapa waktu lalu. Belum lagi supporter dari kalangan TKI yang kebetulan libur pada hari itu.
Tim Dayung Sambas ini merupakan gabungan dari dua tim yaitu TODAK (Tim Olahraga Dayung Kelautan) dan Keruiz 1789. Kedua tim tersebut adalah unggulan di Kabupaten Sambas. Sementara itu, Dayang Maimunah masih terus memimpin tanpa mampu terkejar oleh yang lain. Terus terdepan hingga mencapai garis finish. Perahu itu seolah-olah telah menjadi raja sungai. Kesuksesan di Labuan kembali terulang. Nama Sambas, Kalbar dan Indonesia pun semerbak mewangi di mata dunia.
Pangeran Ratu H Winata Kesuma menyatakan sangat bersyukur akan hal ini. "Ini berkat kerja keras tim, doa serta dukungan semua pihak," katanya. Tim Dayung Sambas mendapat hadiah berupa trophy, piagam serta sejumlah uang tunai. Kegembiraan memuncak karena prestasi tertinggi telah berhasil direngkuh. Tim dari Dubai pun menyatakan salut dengan Tim Sambas. Mereka bahkan mengajak saling bertukar kostum. Kemenangan ini dinilai sebagai sebuah oleh-oleh yang paling berharga ketika tim pulang nanti.(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar