Aroma kemenyan dan dupa memenuhi Kota Singkawang, Kamis (21/2) siang. Lebih dari 400 tatung turun ke jalan. Mereka kesurupan roh halus dan kemudian unjuk kesaktian. Para tatung menusuk-nusukkan benda tajam seperti kawat ke pipi, duduk di atas parang atau menggesek-gesekkan golok di lengan dan perutnya. Ajaib, mereka tidak mengalami luka. Warga yang tumpah ruah menyaksikannya pun terpukau. Meski ngeri, warga tetap tak mau beranjak. Sementara itu, hiruk pikuk musik Cina yang didominasi bunyi-bunyian mirip kaleng kosong masih terus terdengar. Semerbak aroma kemenyan dan dupa pun semakin menyengat. Matahari sejak tadi tetap tak mau sembunyi di balik awan, seolah-olah ikut memelototi atraksi para tatung. Makna Cap Go Meh Menurut sebuah selebaran yang dikeluarkan oleh Disbudpar Kota Singkawang, Cap Go Meh dirayakan pada hari kelima belas Tahun Baru Imlek. Perayaan ini terfokus pada atraksi tatung. Cap Go Meh merupakan suatu ritual yang dilaksanakan untuk membersihkan kampung, jalan-jalan dan tempat-tempat lainnya dari roh jahat yang dapat mengganggu ketentraman. Cap Go Meh dipandang sebagai suatu yang unik karena meupakan akulturasi budaya orang-orang Cina dengan budaya masyarakat lokal. Hal ini bermula ketika perkampungan Cina penambang emas di Monterado ratusan tahun lalu terserang wabah p enyakit yang diyakini disebabkan oleh roh jahat. Terjadilah perlawanan di mana para tatung keluar masuk kampung dengan diiringi genderang dan pembakaran hio atau dupa yang tidak putus-putusnya. Akhirnya perkampungan pun kembali tenteram. Sesuai dengan sejarahnya, 1 hari sebelum perayaan Cap Go Meh, para tatung sudah turun ke jalan-jalan berkeliling kota masuk keluar pemukiman yang bermakna membersihkan kampung dari roh jahat. Para tatung itu terlebih dahulu menuju vihara untuk melakukan persembahan serta meminta izin kepada dewa sebelum melakukan atraksi di depan vihara dan parade keliling kota.(rnl)
Sejumlah ruas jalan protokol yang dilalui tatung dipadati penonton. Lalu lintas macet total karena masing-masing penonton berebut ingin melihat atraksi ini dari dekat. Mereka yang datang dari berbagai daerah itu campur baur dengan pemikul tandu tatung. Momen ini juga diliput oleh berbagai media, baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional.
Wangi dupa yang kian lama kian menyengat menambah mistis suasana. Musik khas Cina yang didominasi bunyi cymball, mirip kaleng kosong itu terus terdengar. Matahari yang bersinar terik tetap tak dipedulikan. Warga masih tetap semangat menonton. Meskipun keringat tak henti-henti bercucuran di sekujur tubuh.
Sementara itu, di panggung utama Jalan Diponegoro, Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH dan Walikota Singkawang Hasan Karman SH MM didampingi Ketua Dewan H Zaini Nur serta panitia tampak ikut menonton. Gubernur memang membuka secara resmi acara ini. Sejumlah tamu dari pusat juga ikut hadir, di antaranya Anggota Dewan Pertimbangan Presiden DR Syahrir, Puan Maharani, putri Mantan Presiden RI Megawati dan Laksamana Sukardi.
Cap Go Meh kali ini dirasakan lebih meriah dari sebelumnya. Di samping animo masyarakat yang tinggi, para tatung pun partisipasinya meningkat. Selain itu, rangkaian acara menyambut Cap Go Meh juga jauh lebih banyak. Kondisi ini didukung pula oleh situasi di Kota Pontianak yang mana atraksi tatung tidak sebebas di Kota Singkawang. Pemerintah setempat tidak membolehkan arak-arakan tatung dan naga serta barongsai di jalanan umum.
Akibatnya, warga tionghoa Kota Pontianak ramai-ramai "eksodus" ke Singkawang guna melihat tatung beraksi di jalanan. Tatung yang terlibat bukan hanya kaum laki-laki, perempuan juga ada. Bahkan anak-anak.
Sejak beberapa pekan sebelumnya, hotel-hotel dikabarkan full booked. Hal ini menujukkan bahwa event Cap Go Meh sangat menarik perhatian masyarakat wisata. Tak cuma wisatawan domestik, hiruk pikuk Cap Go Meh di Kota Singkawang ini pun terdengar di telinga turis mancanegara. Laura Steckman (31) warga Amerika Serikat adalah salah satunya. Laura yang kebetulan berada di Indonesia menyempatkan diri berkunjung ke Kota Singkawang guna melihat atraksi tatung yang spektakuler.
Sejak pekan lalu dia berada di Pontianak dan indekos di salah satu rumah kos yang berlokasi di Jalan Suprapto. Baru kemarin pagi dia tiba di Kota Singkawang. "Saya kira event ini sangat menarik," kata Laura mengemukakan pendapatnya tentang Cap Go Meh.
Laura sudah bisa Berbahasa Indonesia karena ketika kuliah di Amerika, dia mengambil Program Khusus Bahasa Indonesia. "Sekarang sudah ada 12 universitas di Amerika yang punya Program Khusus Bahasa Indonesia," ujar dia. Laura sudah ada di Indonesia akhir September 2007 lalu lantaran mengikuti sebuah kelas bahasa di Yogyakarta.
Dia menyaksikan Cap Go Meh di Singkawang ditemani oleh induk semangnya (bapak kos). Meski di matanya Cap Go Meh ini menarik, namun masih ada sesuatu yang kurang baginya.
"Saya tidak mengerti maksudnya apa, sejarahnya apa," ungkap dia. Laura mengaku sangat senang akan budaya. Karena itu, atraksi ini dinilai akan lebih berkesan jika dia mengetahui dengan jelas tentang Cap Go Meh, apa yang melatarbelakangi adanya Cap Go Meh ini dan apa tujuan atau maksud dari atraksi tatung.
Perempuan ini menyarankan agar promosi tentang Cap Go Meh lebih digencarkan. Hal tersebut dinilai penting supaya lebih banyak lagi turis yang datang. Event ini dipandangnya sangat potensial karena memiliki keunikan tersendiri. "Pasti akan banyak yang tertarik karena budaya ini beda, tidak bisa dilihat di banyak tempat," katanya yakin.
Event Cap Go Meh 2008 juga mengundang decak kagum dari berbagai kalangan. Bahkan, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, DR Syahrir juga demikian. Syahrir mengaku terpukau ketika melihat atraksi ratusan tatung di beberapa ruas jalan Kota Singkawang. "Luar biasa," serunya pada Pontianak Post di sela-sela atraksi. Menurut Syahrir, event Cap Go Meh di Singkawang ini layak untuk menjadi salah satu mata rantai event wisata nasional.
Jika pemerintah pusat punya kalender atau agenda wisata, Cap Go Meh di Singkawang harus masuk dalam daftar," katanya. Hal ini disampaikan mengingat Cap Go Meh dinilai sangat potensial dalam menarik kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. "Potensinya sangat besar. Pokoknya luar biasa," ujarnya. Apalagi jika kegiatan ini dikemas dengan lebih sempurna dan disediakan aneka suvenir untuk pengunjung baik berupa pin, baju kaos Cap Go Meh dan lain-lain.
Dengan demikian, event Cap Go Meh akan memberikan nilai tambah yang lebih, dan terus dikenang. Dia berharap ke depan Cap Go Meh di Kota Singkawang bisa ikut memainkan peran dalam pariwisata dunia. Itu dinilai sangat mungkin jika event ini dimasukkan dalam salah satu agenda wisata nasional. Cap Go Meh selama ini memang menjadi agenda wisata andalan di Kota Singkawang, bahkan di Kalbar.
Jumat, 22 Februari 2008
Cap Go Meh
Label:
Budaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar