"Apakah jurnalistik itu harus objektif?" tanya Masmimar Mangiang, salah seorang instruktur di Lembaga Pers Dokter Sutomo (LPDS) kepada peserta Kursus Jurnalistik Intensif IV di Lantai III Gedung Dewan Pers Jakarta Pusat, kemarin.
Kursus ini diikuti oleh wartawan-wartawan dari berbagai media antara lain dari Kompas (Biro Jakarta, Bekasi, Medan dan Kaltim), Harian Fajar (Makassar), Waspada (Medan), Inilah.com (Jakarta), Jakarta Post (Biro Bogor) dan Pontianak Post. Jumlah peserta kursus mencapai 15 orang.
Mangiang yang juga menjadi Dosen Jurnalistik di Universitas Indonesia itu kemudian melanjutkan, "Apakah Anda bisa objektif?" "Saya akan upayakan untuk se-objektif mungkin," jawab Caesar, Wartawan Kompas yang menjadi salah satu peserta. "Sulit pak, tetapi saya juga akan coba untuk tetap objektif," timpalku yang kebetulan ikut di kelas tersebut.
"Itu nonsens! Sejak dulu jurnalistik dan media tak pernah objektif. Jurnalistik itu justru selalu subjektif," tandas Mangiang. Bagaikan aliran listrik ribuan watt, ucapan mantan Wartawan Tempo itu menyetrumku. Aku tersentak dan ternganga. Sungguh, sama sekali tak terduga. "Apa iya sih?" batinku. Soalnya, selama menjadi wartawan, kata-kata "objektif" biasanya selalu dilekatkan pada dunia jurnalistik. Senior-senior pun mengatakan begitu. Pernyataan Mangiang terkesan melawan arus, sangat kontroversial.
Mangiang kemudian menjelaskan, "Dengan mengambil suatu topik tertentu untuk dijadikan karya jurnalistik, itu sudah subjektif". Selain itu, dengan memilih salah seorang narasumber untuk diwawancara, menurutnya juga sudah subjektif. Bahkan, memilah beberapa kalimat dari hasil wawancara untuk dikutip dalam tulisan, itu pun subjektif.
Kalau dipikir-pikir, sepertinya komentar mantan Pimred Harian Neraca itu benar. Mungkin pula ini hanya tergantung pada cara kita memaknai kata "subjektif" dan "objektif". Menurut Mangiang, media dan jurnalistik tidak bisa menghindarkan diri dari subjektivitas. "Kita hanya bisa jujur, mengungkapkan fakta apa adanya. Jadi, berusahalah untuk jujur," kata pria yang pernah menjadi Ombudsman Pantau (2003-2004) itu. Nah, bagaimana pendapat Anda?
Jumat, 14 Maret 2008
Subjektivitas Jurnalistik
Label:
Jurnalistik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar